Untuk mendapatkan maklumat terkini, ikuti kami melalui Telegram
Langgan SekarangMarsli N.O merenung ke dalam diri sebagai penulis setelah meneliti karya-karya sahabatnya yang sudah pergi.
Ternyata begitu mereka telah pergi, setelah beberapa tahun, nama dan karya mereka tidaklah disebut-sebut lagi. Karyanya, malah namanya seperti telah dilupakan orang.
Di depan saya, setimbunan buku karya tulisan beberapa teman yang telah lebih dahulu pergi menghadap Ilahi.
Sejak awal pagi tadi, saya mencari di rak buku-buku karya tulisan mereka ini. Niatnya, saya ingin membaca secara cepat karya mereka dan kemudian membuat perbandingan dengan situasi sastera tanah air masa kini.
Saya ingin merenung dan mungkin sedikit membuat penilaian peribadi mengenai kedudukan mereka sebagai penulis pada masa sudah dengan penilaian oleh kritikus, penilai dan pembicara sastera masa kini.
Demi mengelak daripada menyinggung hati dan perasaan keluarga atau waris mereka, biarlah lebih baik saya tidak menyebutkan nama-nama penulis ini. Tujuan saya bukanlah hendak menilai gagal atau kelemahan karya mereka. Sama sekali tidak.
Hanya, sebagai seorang penulis yang tetap merasakan dirinya kecil, saya ingin bercerminkan daripada kejayaan mereka yang berhasil menulis dan menerbitkan lebih banyak karya daripada saya, juga ingin sedikit mempersoalkan keberadaan mereka pada masa kini. Masihkah mereka hidup dan segar pada ingatan para pembaca serius yang diwakili oleh para kritikus dan pembicara itu?
Penemuan saya sungguh menimbulkan rasa kecewa akhirnya.
Ternyata begitu mereka telah pergi, setelah beberapa tahun, nama dan karya mereka tidaklah disebut-sebut lagi. Karyanya, malah namanya seperti telah dilupakan orang.
Segala tulisan mereka dalam buku-buku tidak lagi menggamit orang untuk kembali membaca dan memperkatakannya. Apatah lagi jika dia yang menulis itu ialah penulis yang hanya menulis tetapi menjauhi segala keriuhan.
Saya jadi sedar dan faham. Inilah hakikat hidup seorang penulis yang perlu diterima, tanpa perlu untuk berduka dan bersedih.
Semasa hayatnya, hidup dan teruslah dia menulis. Tanpa pamrih atau harapan menggunung untuk disanjung-sanjung serta perasaan agar dihormati. Semua itu tidak perlu.
Perasaan dan harapan agar disanjung, dipuja-puja, dihormati, dan dipuji-puji hanyalah harapan dan perasaan yang sia-sia dan tidak berguna, yang akan menipu penulis, terbuai-buai di alam fatamorgana.
Demikian juga dengan buku demi buku atau karya demi karya yang dihasilkan. Tulislah dengan penuh rasa tulus dan tanggungjawab. Tanpa perlu berfikir dan menyimpan harapan muluk untuk mengubah masyarakat dan dunia.
Tugas seorang penulis adalah dengan menulis sejujurnya, dengan penuh rasa tanggungjawab dan memastikan agar karya tulisannya tidak sampai mendatangkan sesuatu kesan yang buruk kepada masyarakat dan pembacanya.
Selagi diberikan kekuatan akal dan sihat tubuh badan, tugas seorang penulis adalah untuk menulis terus-menerus selagi mampu, kerana dengan menulis, dirinya akan dapat terus menyuarakan buah fikirannya untuk tatapan masyarakat yang sudi atau mahu membaca karyanya.
Sebagai penulis, tidak perlulah dia rusuh memikirkan, apakah nanti karya tulisannya itu mampu merubah, membina masyarakat atau tidak, dan jika hasratnya itu dirasakan tidak tercapai, dia perlu menahankan dirinya agar tidak berasa terlalu tertekan atau kecewa, sehingga mengalami gangguan jiwa dan terlantar di rumah perawatan!
Buku atau karya yang telah dihasilkan, selagi di dalamnya tiada berisikan sesuatu yang boleh mendatangkan kebinasaan kepada pembaca, memadailah diniatkan hanya sebagai amal kecil seorang manusia yang memilih untuk menulis sejujur kemampuan dirinya. Tanpa ingin melagakkan apa-apa.
Memadailah hanya sebagai itu.
Jun 8, 2018
Kredit Gambar: Birmingham Museums Trust/Unsplash
_________________________
Marsli N.O lahir di Kertih, Terengganu. Kini penulis sepenuh masa dan sering berpergian ke mana-mana secara bersendirian, demi merangsang daya kreatif dan kreativitinya. Telah menerbitkan beberapa buku dan dapat dihubungi lewat e-mel [email protected].